Assalamualaikum
Wr Wb
Kunci keberhasilan hidup itu sebenarnya hanya satu. Kalau kita dikasihi Allah
SWT, hidup kita akan bahagia. Hanya manusia itu kurang bersyukur. Kita
kadang-kadang hanya ngersulo (mengeluh), larut dalam kekecewaan. Dan kikir
dalam berterimakasih. Tidak pernah puas dengan apa yang sudah didapat.Selalu
merasa kurang dan kurang.
Di SH Terate tidak ajaran mengeluh. Tidak ada ajaran nggresulo. Kita dididik
untuk menjadi orang yang pantang menyerah. Orang Terate itu kalau bisa sing
gedhe tirakate, harus banyak tirakat. Dalam hal apa saja. Gak kemrungsung
(tenang). Tidak emosional, tidak gusar, tidak adigang adigung, adiguno
(sombong).
Hari-hari orang-orang SH Terate itu dipenuhi tirakat. Rialat dan selalu
bersyukur menerima suratan Allah. Bagaimana cara orang SH Terate tirakat?
Tirakat orang SH Terate itu boleh dibilang sepanjang masa. Dalam kondisi apa
pun. Dalam situasi bagaiamanapun. Contohnya saya ini. Saya ini ya mas, ini
mohon maaf. Saya orang berkeluarga. Saya punya istri, punya anak. Mestinya,
sekarang ini saya mendampingi istri dan anak-anak. Tapi mereka saya tinggal
karena saya harus menemui kadang-kadang SH Terate. Saya tinggalkan istri saya
sendiri, ini namanya tirakat, dalam sekala paling ringan. (Saat memberikan
petuah ini, posisi Ketua Umum SH Terate di Padepokan, red)
Contoh lain, sehari ini saya sudah berniat hanya makan sekali. Biarpun saya
dihadapkan makanan dari manapun saya tidak beli, saya tidak akan makan. Ada
lagi contoh tirakat yang lain. Misalnya, selama satu minggu saya tidak akan
makan kecuali jam 6 sore, saya baru makan. Kemudian malamnya saya berniat tidur
paling lama empat jam, besuknya lagi juga sudah tidak makan. Ini namanya
jarang-jarangi, atau ngurang-ngurangi.
Niatnya bagaimana? Tidak perlu macam-macam. Niat tirakat untuk menjaring kasih
Allah. Biar dikasihi Allah. Disayang Allah. Dengan begitu, kita akan merasa
dekat dengan Allah. Sehingga hati ini merasa tentram. Gelombang apapun yang
dihadapi dia akan mesem, gak akan gentar.
Tapi sayangnya orang sekarang ini sukanya instant. Seperti mie instant. Pengin
makan mie, tinggal masukkan ke gelas tuangkan air jadi mie dan langsung makan.
Tidak mau repot-repot. Tidak mau nanam dulu, tapi ingin langsung panen. Kalau
mau nandur, mau nanam, hanya sedikit, tapi ingin panen yang banyak. Lo kalau
begini, kamus dari mana kita bisa panen. Ndak ada kamus orang ndak mau nanam
kok panen.
Kahidupan ini tersusun dari jalanan proses yang saling kait mengait. Sebelum
hujan, prosesnya diawali dengan mendung. Sebelum malam, prosesnya diawali dari
pagi dulu, kemudian siang, sore dan malam. Proses ini harus dilalui. Jangan
seperti ingin makan mie instant. Dan kalau toh ingin makan mie instant, kita
kan harus bekerja dulu agar dapat uang, kemudian dibelikan mie instant. Tidak serta
mereta, mie instant tersaji di depan mata, begitu kita menginginkannya.
Jadi kalau kita menginginkan sesuatu, harus berani tirakat. Berusaha keras,
melalui tahapan demi tahapan. Melalui proses. Jangan hanya diam, duduk
berpangku tangan dan hanya berdoa saja. Laku itu tidak pas untuk orang SH
Terate. Kita tidak diajari seperti itu.
Kemudian, yang tidak boleh dilupakan, setiap proses membutuhkan keseimbangan.
Keharmonisan. Sesuatu yang tidak seimbang, pasti menimbulkan dampak kurang
baik. Karenanya, dalam kita bertirakat, keseimbangan proses ikhtiar lahiriah
dan batiniah harus dijaga. Tidak boleh berat sebelah.
Didikan di SH Terate itu mendidik jiwa. Yang kita bangun adalah jiwa.Itu butuh
waktu. Butuh kesabaran dan kesempatan. Tidak sehari dua hari jadi. Tidak
seperti membalik telapak tangan.
Membangun fisik kuat bisa diformat dalam waktu sebulan dua bulan. Contohnya,
melatih atlet. Melatih atlet bisa diformat dalam tenggang waktu tertentu.
Dengan standarisasi.Tapi, membangun jiwa, memasukkan ajaran budi luhur, butuh
waktu panjang dan terus menerus. Nah, yang kita bangun itu kedua-duanya. Jiwa
dan raga. Lahiriah dan batiniah. Kita diarahkan menjadi manusia berbudi luhur,
tahu benar dan salah, beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan
persaudaraan kekal abadi.
Bagimana orang berbudi luhur itu ? Paling mudah orang berbudi luhur itu tidak
dakwen salah open. Kita dididik untuk tidak mencampuri persoalan orang lain.
Kita tidak usil. Selalu berpikiran positif.
Contohnya, ada kadang (warga SH Terate,red) datang ke rumah saya. Biarpun saya
tahu dia berkeluarga, datang membawa anak wanitai, saya tidak ribut, tidak akan
nanya siapa perempuan itu. Kecuali kadang itu sendiri memperkenalkan. Paling
banter saya hanya akan nanya, kepentinganmu apa dik.
Ini salah satu didikan kita. Tidak mau mencampuri urusan orang lain. Kecuali
kalau orang itu, kadang itu minta saya menyelesaikan masalahnya. Minta tolong.
Baru saya mohon maaf mengorek keterangan awal, sebagai bahan acuan dasar untuk
mencarikan solusi atau jalan keluar.
Orang budi luhur itu orang yang tidak iri dengki atas keberhasilan orang lain.
Misalnya, ada orang lain bisa masuk pegawai negeri. Kita lantas dengki iri dan
menduga-duga, ah itu berhasil karena membayar uang, istilahnya nyogok. Ndak boleh
itu. Yang harus kita lakukan adalah, ikut seneng jika melihat kadang SH Terate
berhasil. Seneng jika melihat bisa beli mobil.
Jadi kita tabu ngurusi dan mencampuri urusan orang lain. Sebab itu akan membuat
kita jadi resah sendiri. Hati jadi tidak tenang. Tidak damai. Pancarkan sinar
kasih. Yang ada di hati nurani kita hanya prasangka baik. Prasangka luhur.
Sehingga, keluarnya pun luhur. Omong ya enak didengar. Gampang dimengerti.
Ibarat ceret, kalau air dalam ceret itu jernih, ceretnya juga sering dibersihkan,
dilap, keluar air dari gagangnya juga jernih. Tapi kalau airnya keruh, ceretnya
tidak pernah dirawat, keluarnya pun keruh.Omong urakan seenaknya sendiri.
Sikapnya juga urakan. Gak ngerti umpan papan (tidak paham situasi dan
kondisi,red). Dupeh iso gelut (merasa memeiliki kemampuan bisa berkelahi, red)
tidak menghargai orang lain. Merasa dirinya paling super.
Yang saya sebut di atas itu, tirakat batin. Karena batin kita juga butuh
tirakat. Tirakat paling sederhana, selalu berpikiran baik pada orang lain. Gak
demen ngrasani. Tidak suka mengumpat atau menggunjing. Jika ini yang kita
lakukan, hati kita jadi bersih. Resik. Dan Sihing Gusti Allah, pasti akan turun
menyertai kehidupan kita. (bersambung)
Wassalamualaikum Wr Wb